Bagi kamu yang sering jalan-jalan atau berencana akan jalan-jalan baik di dalam maupun luar negeri dalam waktu dekat, tapi bosan dengan swafoto alias selfie atau foto-foto landscape yang biasa, ada beberapa ide/objek foto yang tidak biasa untuk memberikan feel yang "lebih" pada momen perjalanan kamu. Let's check it out!
1. Foto Kaki
Foto kaki yang dimaksud bukan sembarang foto kaki lho ya :D Foto kaki ini bisa jadi opsi waktu kamu pertama kali datang atau jalan-jalan di suatu tempat. Meskipun kesannya tidak terlalu penting, tapi menurut saya foto kaki ini tidak biasa dan bisa jadi suatu pengingat kalau kita pernah datang dan penanda bahwa "Saya pernah menjejakkan kaki disini!". Momen menjejakkan kaki terutama di tempat yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya merupakan momen yang menakjubkan dan tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata *uhuk. Supaya enak dilihat, pastikan komposisi kaki kita dengan latar belakang (background) sesuai. Kalau bisa foto di dekat/di atas sesuatu yang menandakan kita berada di suatu tempat yang spesifik. Bisa juga foto kaki bersama teman seperjalanan rame-rame supaya lebih seru.
Contoh: Foto kiri atas saya ambil ketika pertama kali saya berkunjung ke Singapura, tepatnya di Jubilee Bridge, Marina Bay. Plat logam bertuliskan "SG 50" (Ulang tahun Singapura ke -50) memperkuat foto bahwa saya benar-benar berada di Singapura. Lain halnya foto kiri bawah, foto dengan berlatar belakang salju ini sebagai pendanda bahwa itu adalah momen my first snow dan pertama kali saya merasakan musim dingin.
2. Foto Tiket
Ide foto yang kedua yaitu foto tiket. Tiket ini bisa bermacam-macam, bisa tiket nonton konser, tiket nonton acara olahraga, tiket masuk wahana/landmark, tiket bus/kereta api, tiket masuk museum, tiket masuk venue, tiket toilet (waktu di Belanda, toilet umumnya berbayar dan nanti dikasih tiket diskon untuk masuk toilet berikutnya), dan sebagainya. Seperti tips di poin 1, jangan lupa perhatikan latar belakang fotonya ya. Fokusnya terutama bukan ke wajah, tapi ke tiket. Jadi relakan kamu kelihatan blur di foto demi tulisan di tiket terlihat jelas dan menggambarkan dimana kita berada waktu itu.
Contoh: Foto pojok kanan bawah adalah tiket kereta api di Brussels (ibu kota Belgia) dengan latar belakang city center Brussels yang terkenal. Tiket ini cukup berbeda dengan tiket kereta di negara Eropa lain. Warna tiket yang cerah dan menarik, I couldn't helped not to took pictures of it :D
3. Coba kuliner khas? Snap!
Meskipun foto makanan/kuliner sudah jadi tren, tapi enggak ada salahnya buat foto kuliner khas yang hanya ada di tempat itu. Diperkuat dengan background (lagi-lagi background sangat penting untuk memperkuat pesan di dalam foto) supaya meyakinkan. Kalau fotonya cantik, lumayan bisa di post di media sosial buat nambah followers. Itung-itung bisa memberikan referensi atau informasi ke orang lain.
Contoh: Foto kiri : Irn Bru adalah minuman soda rasa jeruk khas Skotlandia, produk Skotlandia dan hanya ada di Skotlandia; Foto kanan: Belgian Waffle yang terkenal, difoto di depan salah satu gerai waffle (pannekoeken) yang ramai di sekitar city center Brussels.
4. Pose anti-mainstream di Landmark
Waktu mengunjungi tempat wisata tertentu, seringnya di tempat tersebut punya landmark yang jadi spot foto wajib waktu berkunjung. Kalau belum foto disitu, belum afdol rasanya :D Semisal, Jakarta - Monas, Surabaya - Patung Ikan dan Buaya, Paris - Eiffel, Singapura- Merlion, Malaysia - Petronas Tower/Twin Tower, dan masih banyak lagi. Tapi, supaya enggak bosan dengan foto di landmark yang itu-itu saja, kita bisa ambil foto dengan teknik freeze dengan pose lompat (jump). Jangan lupa siapkan pose-pose aneh waktu lompat, lebih seru lagi kalau foto bersama/ group photo. Dijamin jadi momen yang tak terlupakan!
Contoh: Foto di atas diambil di landmark kota Brussels, Atomium. Kata orang, kalau main ke Belgia, sempatkanlah main ke Atomium. Meskipun enggak masuk ke dalam Atomium karena budget main terbatas, tapi foto lompat di depan Atomium sudah bisa membuat kami bahagia :))
5. Tulis Pesan untuk Teman atau Orang Terdekat
Jalan-jalan sendirian atau bersama teman sejawat, meninggalkan orang terdekat? Tulislah pesan untuk mereka dan foto tulisan tersebut di tempat-tempat indah ketika kamu pergi! Pesan bisa berupa harapan semoga orang tersebut bisa segera mengunjungi tempat itu, selamat ulang tahun, ucapan rindu, ucapan selamat atas suatu pencapaian, dan lain-lain. Tulis pesan di kertas yang menarik, selain untuk menunjang estetika foto, bisa juga dengan tujuan menghargai orang tersebut dan menghilangkan jarak yang ada *tsah. Bisa juga dijadikan sarana buat nembak atau melamar karena menurut saya ide ini cukup romantis. Modus ini sedang hits di kalangan anak-anak pecinta alam yang berhasil mencapai puncak gunung lalu mengabadikan pesan tertentu dengan background pemandangan indah dari puncak gunung.
Contoh : Saya menulis pesan untuk adik sepupu saya di taman bunga tulip Keukenhof, Belanda (atas) dan London (bawah) karena adik saya suka dan pengen banget bisa mengunjungi kedua tempat tersebut. Ada juga teman yang mengunci gembok di jembatan lalu menuliskan namanya beserta pasangan kemudian diabadikan. Ada juga teman yang menuliskan tiap abjad nama pacarnya di tempat yang berbeda-beda, kemudian digabungkan menjadi satu. Selamat berkreasi dengan ide gila masing-masing! :)
6. Forced perspective
Forced perspective adalah salah satu teknik fotografi yang memasukkan objek dengan tujuan memanipulasi persepsi manusia, membuat ilusi optik supaya objek dalam foto terlihat kecil atau besar, lebih besar, lebih kecil, dsb. Kasus saya kali ini adalah saya mencetak foto teman saya dengan pose lucu dan memfoto cetakan tersebut di tempat-tempat ikonik dan indah. Perlu effort lebih memang, tapi bisa jadi salah satu ide kejutan untuk teman/pacar/pasangan, dengan dalih kita tidak pernah melupakan mereka meskipun terpisah ruang jarak dan waktu *syahdu euy. Nantinya foto bisa dikolase menjadi satu dan diberikan sebagai oleh-oleh. Yay!
Demikian ide-ide yang bisa kalian coba ketika jalan-jalan. Saran saya, jangan lupakan detail dari masing-masing perjalanan kamu, coba sudut-sudut pengambilan gambar yang berbeda, dan kreasi dengan komposisi dan warna biar hasil foto jadi beda dan menarik. Kamu punya ide lain yang anti-mainstream juga? Feel free to share your ideas in the comment below! Salam jepret!
Banyak orang bertanya-tanya soal akun instagram saya yang fotonya cuma hitam putih atau istilah fotografinya black and white/BW. Kebanyakan dari mereka penasaran, "Kenapa sih harus hitam putih?", "Kamu suka foto BW ya?". Ada beberapa yang kritik juga, "Kenapa harus dibikin hitam putih? Kan kalau berwarna lebih bagus.", tapi ada juga yang hanya memaklumi dan setia jadi penikmat rahasia (bukan pemuja rahasia lho ya :D). Baiklah teman-teman yang budiman, saya persiapkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan kalian:
"Kamu suka foto BW ya?"Yep, aku memang suka hitam putih, bahkan sejak pertama latihan fotografi secara serius dulu di unit kegiatan mahasiswa UFO UGM. Menurutku foto BW itu lebih fokus ke ekspresi objek, detail, elegan, dan deep.
"Kenapa sih harus dibikin BW? Kalau warna pasti lebih bagus"Well, guys. Setiap orang punya preferensi masing-masing. Nah, BW ini jadi preferensi utama saya. Mungkin kalian berpendapat kalau foto berwarna lebih bagus atau sesuai dengan jaman. Monggo, itu saya anggap preferensi anda. FYI, Zaman dulu foto ya cuma ada hitam putih, tapi ga mengurangi keindahan nya kok. (Take a look at Ansel Adams' legendary BW photos: http://anseladams.com/). Jadi kalau foto-foto saya BW tapi enggak bagus, please blame it on me, karena serta merta akibat teknik foto yang belom canggih dan mentah :D.
"Kak fotonya dibikin BW biar keliatan seragam ya?"Betul! If you want your gallery looks outstanding, one way that you can try is to post pics in one big theme. At least itu saran yang saya baca dari salah satu instagram-influencer yang followernya udah jutaan. Tentunya bukan karena mereka artis ya, tapi foto-foto mereka emang bagus atau paling enggak kekinian dan sesuai sama selera anak muda. Dan, tema besar yang saya pertahankan adalah si-BW itu sendiri. Tapi, foto-foto saya masih selalu dalam tahap belajar, bahkan saya belom puas sama foto-foto saya sendiri, hehe.
"Kakak berarti ga pernah foto berwarna?"Saya tetep suka foto berwarna lho, dan tetap foto di mode warna. Apalagi kalau warnanya mbladus alias washed khas foto-foto dari film zaman dulu. Saya tetep suka kepo foto-foto racikan National Geographic yang ciamik dan badai itu. Suka liat foto-foto Reuters atau Pulitzer. Saya juga tetep keep up sama teknologi terkini kok :D
Sampai detik ini sih, saya tetep suka foto-foto BW. Semoga terus bisa konsisten ke depannya dan bisa menghasilkan foto sekeren Ansel Adams. Meskipun cuma hobi, tapi enggak berarti kita enggak bisa memaksimalkan bakat dan keterampilan kita kan :)
Don't stop learning on everything!
Photography is an exclusive thing and very expensive in the past. Developed from black and white negative films to digital format, big box to the camera, now everybody can take photos beautifully with their own gadget, especially from the smartphone. Smartphones nowadays are incredibly amazing, same goes with the built-in camera attached. Some of them have superior features such as high resolution, fast capture, high-ISO and image stabilizer (mostly in the high-end smartphone). People start to think that they need camera no more, their smartphones are more than enough, although digital camera (usually called as DSLR: Digital Single Lens Reflex) still a needed for the professional photography. Well, wildlife photographers are impossible to capture flying eagle in perfect detail with their smartphone, because they need specific Tele-lens to do it. But I believe that nothing impossible in the future. Even a camera-phone with 41 megapixels resolution has existed! (hit Nokia Lumia 1020 on Google). Even my digital camera just barely has 18 megapixels. What a crazy world we live in -_-
This immense acceleration of technology in photography affect positively and negatively, or kind of disruptive technology. Companies in the film industry like Kodak, Konica, Agfa, went bankrupt because it’s no more relevant with the available tools nowadays. Say goodbye to the analog camera and instant camera (Indonesian: Tustel). Even some of the company could last in the film industry, now they just served to niche market that still loves using negative films and analog camera (like me :p) such as Ilford. But, new technology in photography make it accessible to everyone, and everyone can be a photographer thanks to the sophisticated smartphone camera. There are a lot of people want to go deep into photography, but they can not afford one because DSLR is bit expensive, even for the (most) low-end DSLR we have to pay around 4 billion Rupiahs, excluded the accessories such as the lens, tripod, lens cap, and so on. It’s not fully bad things actually.
What I concerned is, misuse of this technology tend to grow over time. Many people took photos and being irresponsible concerning the private matters of the objects, irresponsible spreading explicit contents in social media (e.g. accident/war victims, nudity/porn), editing without permission, etc. In my opinion, the photography ethics still relevant and important, whatever the medium is. We shouldn’t make photo just common thing, as simple as:
- mention the photographer when you upload your picture. Maybe that looks simple, but it means a lot. It means you appreciate your photographer for taking a good picture.
- Do not distribute photos if that’s not your own capture without permission.
- Stop taking pictures if the object refuse. (unless you are a paparazzi). I am sure you’ll feel irritated if someone keeps taking pics of you without permission.
- Edit the photos reasonably.
May we become a righteous and responsible photographer in this digital era. Remember, the best camera ever made in this world is our own eyes, and photography is a tool to keep the memory alive J